Artikel dari Motivator : Jessica Kumala Wongso, tiga bulan yang lalu tidak ada orang yang mengenal nama ini. Saat ini, nama Jessica menjadi bahan perbincangan media dan masyarakat Indonesia. Peristiwa kopi syanida adalah penyebab utama nama Jessica mencuat.
Hingga tulisan ini dibuat kasus Kopi Sianida belum disidangkan, sehingga saya tidak dapat membuat kesimpulan bahwa Jessica bersalah, walaupun telah ditetapkan sebagai tersangka.
Terlepas dari bersalah tidaknya Jessica, masyarakat Indonesia pada umumnya telah “mencap” bahwa anak ini adalah actor utama dari peristiwa kopi maut. Perilaku yang berbeda dengan yang tertanam didalam benak mayoritas masyarakat kita yang membuat Jessica tampil sebagai “pembunuh berdarah dingin”.
“banci kamera” istilah yang pas untuk mengambarkan sosok Jessica, ia senang dan tenang saat disorot kamera. Seakan menikmati kepopulerannya saat ini dan menyampingkan masalah yang sebetulnya ia alami dan inilah yang membuat mayoritas masyarakat justru menjadi antipati dan berbalik menuduh dia sebagai pelaku utamanya.
Tanpa kita sadari kita sudah memiliki “kriteria” orang baik dan orang jahat didalam sub conscious mind kita. Dan saat kita melihat object yang sesuai dengan kriteria tersebut dengan mudahnya kita menyimpulkan orang tersebut baik dan jahat.
Sama dengan yang dialami oleh Ahok, orang memiliki persepsi mengenai sopan dan kasar. Sopan itu diidentikan dengan orang baik dan sebaliknya kasar diidentikan dengan kekerasan, buruk atau jahat. Walaupun sopan tidak berarti baik jika hanya di buat-buat dan kasar tidak berarti buruk untuk sebuah maksud yang benar.
File atau kriteria inilah yang seringkali “menipu” kita dalam mengambil sebuah kesipulan awal yang ternyata terlalu tergesa-gesa dan mengarah kepada membuat sebuah kesimpulan yang keliru.
Alangkah bijaksana, kesimpulan terhadap sesuatu hal janganlah terlalu cepat dilakukan dan hanya berdasarkan asumsi atau kriteria yang ada dalam subconscious mind.
Ingatlah bahwa sebuah fakta harus ditunjang oleh beberapa data dan bukan hanya oleh satu opini tunggal. Toh, tidak selamanya yang kelihatan salah itu salah dan yang kelihatan benar juga belum tentu benar.