Global Kadance International-Indonesia sebuah lembaga riset International ternama, mendapati berdasarkan hasil riset mereka bahwa 28 persen masyarakat Indonesia berada pada kategori broke, ini disebabkan karena kelompok masyarakat ini pengeluarannya lebih besar daripada pendapatan, sehingga mengalami defisit anggaran belanja bulanan sekitar 35 persen. Dimana perbulan Rata-rata pendapatan kelompok ini sebesar Rp4,3 juta dan pengeluar mereka mencapai Rp5,8 juta. Dengan demikian, akan terjadi defisit sebesar Rp 1,5 juta.
Kelas menengah ini, selalu mengumbar nafsu belanja untuk sekedar gaya hidup sehingga tampak seperti kaya atau sekedar mengikuti trend yang ada. Awal November 2013 pameran gadget bertajuk indocomtech 2013 dipenuhi oleh 230.000 orang dan menghimpun omset Rp 636 miliar. Event sebelumnya Indonesia International Motor Show (IIMS) 2013 merah omset yang lebih fantastis dalam sepuluh hari berlangsung event ini meraup omset Rp 5 triliun, event ini dikunjungi oleh 373.661 pengunjung.
Hal ini dibarengi dengan kesadaran kelas menengah akan pentingnya menabung sangatlah rendah. Survey Bank Dunia merisil data bahwa hanya sekitar 20% orang Indonesia yang dewasa yang memiliki tabungan angka ini jauh dibawah Filipina yang mencapai (27%), Malaysia (66%), Thailand (73%) dan Singapura (98%).
Vivek Thomas Managing Director Kadence Indonesia mengatakan “Tipe broke memiliki kecenderungan ingin menaikkan status menjadi upper class. Ini membuat mereka meminjam uang dan memiliki utang agar bisa membeli barang yang dapat menaikkan status sosial mereka.”
Ada tiga cara untuk mencegah diri dari keinginan untuk hidup boros.Ilmu menjadi kaya saya tulis dalam buku Finacial Revolution in Action bersama dengan Motivator Mr Tung Desem Waringi.
Pertama membuat budget bulanan serta keinginan dan tekat untuk mengikuti budget tersebut. Selain pos – pos pengeluaran untuk biaya hidup dibudget tersebut juga teralokasi jumlah uang yang akan anda tabung atau investasikan setiap bulannya. Ingatlah untuk menabung bukan dari sisa uang bulanan anda. Dalam buku saya financial revolution in action yang saya tulis bersama Tung Desem Waringin kami membahas alokasi asset dengan membagi pendapatan bulanan anda kedalam beberapa bagian. Dari berapapun pendapatan anda usahakanlah 10% untuk persepuluhan/amal/sedekah, 10% invetasi keinvestasi yang aman, 10% cadangan untuk keperluan mendadak, 10% alokasi kesenangan untuk membeli barang konsumtif seperti gadget, 50% untuk biaya hidup anda.
Kedua, menunda kesenangan anda. Jika anda dapat menunda hasrat untuk membeli sesuatu secara spontan anda akan dapat menghemat banyak uang anda. Dalam proses menunda ini, ada dapat menganalisa apakah barang tersebut memang anda butuhkan atau hanya sekedar keinginan semata.
Ketiga, dapat membadakan antara asset dan liabilities. Banyak orang berpikir saat ia membeli mobil, maka mobil tersebut adalah asset. Tidak semua barang adalah asset. Asset apapun yang membuat uang masuk kekantong anda sementara liabilities adalah apapun barang yang saat anda beli membuat uang justru keluar dari kantong anda.
Contoh : saat anda beli mobil cicilan mobil tersebut adalah Rp 5 juta perbulan kemudian mobil tersebut anda sewakan dimana pendapatan perbulan Rp 8 juta maka mobil tersebut adalah asset karena menyebabkan uang masuk ke kantong anda.
Sebaliknya jika mobil tersebut anda gunakan secara pribadi dan tidak berdampak pada kenaikan pendapatan anda dan malahan mengurangi pendapatan anda untuk membayar cicilan mobil tersebut, maka mobil itu adalah liabilities.
Ilmu membuat uang mengajar adalah salah satu materi yang dibahas dalam Training Motivasi dan Edukasi dengan tema : Financial Revolution selama 2 hari
Demikian dari saya Ongky Hojanto
Pakar Public Speaking Indonesia versi Koran Kontan
Penulis buku best seller Public Speaking Mastery
Mau tingkatkan kemampuan public speaking anda ? Klik www.publicspeakingacademy.co.id
Dan anda bisa konsultasi workshop public speaking ke :
Ms Eli 08113440909 /Ms Tya 08113490909