Pidato Jokowin, calon presiden no.2 dalam kampanye damai yang di gelar oleh KPU beberapa waktu yang lalu menjadi perbincangan menarik. Tidak ketinggalan beberapa pakar komunikasi menyarankan beliau untuk mengambil kursus singkat public speaking atau ikut Training Public Speaking. Ini juga menjadi “senjata” lawan politik untuk “menyerang” beliau .
Itulah dunia politik dilakukan salah dan tidak dilakukan juga salah. Karena yang benar adalah kepentingan.
Saat ini saya akan membagikan beberapa poin minus dari pidato Jokowi tanpa ada kepentingan apapun kecuali sebagai sarana belajar “studi kasus” mumpung ini kasus nyata dan semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Kita akan awali dari S pertama dalam buku Public Speaking Mastery terbitan Gramedia yang saya tulis dinamakan subject mastery atau penguasaan akan topik. Sebetulnya Jokowi sudah harus mempersiapkan diri karena tahu jika akan diminta untuk berpidato.
Hal yang perlu diperbaiki : menghilangkan kegugupan. Terlihat jelas Jokowin masih gugup dalam membawakan pidato. Tidak ada senyuman yang biasanya sering ia lakukan dalam memberikan pidato-pidato di berbagai kesempatan lain.
Poin kedua yang bisa diperbaiki dari pidato Jokowi adalah element kedua dalam public speaking yakni : Sequencing (urutan). Ada 3 poin dalam sequencing yang saya garis bawahi.
Pertama, Pembukaan. Jokowi mengawali pidatonya dengan sangat islami tidak ada yang keliru ini benar akan tetapi akan jauh lebih menarik kalau ia membuka dengan cara yang berbeda.
Contohnya :
30 hari, 720 jam, 43200 menit lagi masa depan Indonesia selam lima tahun akan ditentukan. Apakah kita akan bergerak maju lampaui Singapura, China dan India atau hanya menjadi bangsa yang biasa-biasa saja. Dan penentuan itu telah dimulai malam ini.
Assalamu’allaikum Wr Wb, selamat malam dan salam sejahtera…
Kedua, Penekanan. Jokowi tidak melakukan penekanan pada poin-poin yang mendapat sambutan dari audiens. contohnya :
… karena demokrasi yang akan kita jalankan adalah domokrasi yang mensejahtrakan dan bukan demokrasi yang mencelakakan … (teput tangan audiens)…
Semestinya Jokowi harus perkuat pesan ini dengan membuat tiga kali pengulangan yang setara. Contohnya :
… Karena demokrasi yang akan kita jalankan adalah domokrasi yang mensejahtrakan dan bukan demokrasi yang mencelakakan. Demokrasi yang kita bangun adalah demokrasi yang memajukan dan bukan demokrasi yang memundurkan. Demokrasi yang kita sementara lakukan adalah demokrasi yang memakmurkan dan bukan demokrasi yang memiskinkan rakyat …
Demikian dari saya Ongky Hojanto
Pakar Public Speaking Indonesia versi Koran Kontan
Penulis buku best seller Public Speaking Mastery
Mau tingkatkan kemampuan public speaking anda ? Klik www.publicspeakingacademy.co.id
Dan anda bisa konsultasi workshop public speaking ke :
Ms Mareti – 08124950909